Kamis, 17 September 2009

Problem Etika Bisnis saat Ramadhan (Review Artikel)

Ramadhan yang suci dan sangat dimuliakan ini harusnya tidak dinodai oleh perilaku bisnis yang membebani konsumen, terutama para shaimat lapis bawah. Inilah idealitas yang harusnya diperjuangkan semua pihak, meski harus bertabrakan dengan kepentingan pelaku bisnis.
ketika permintaan naik, apalagi menajam, maka harga pun bergerak naik.

ada 2 (dua) hal mendasar yang harus direkonstruksi.

Pertama, bagaimana para konsumen Muslimin dan Muslimat mampu mengimplementasikan makna dasar shaum, antara lain, menahan diri. Sebuah refleksi penting yang harus digarisbawahi adalah bagaimana menahan diri dari pengonsumsian yang berlebihan. Kita dapat bayangkan, dengan jumlah jutaan individu yang berpuasa dikalikan sejumlah barang yang dikonsumsi per hari secara berlebihan, maka tingkat permintaannya menjadi sangat hiperbolik.

Inilah kondisi objektif yang kemudian dieksploitasi oleh para pelaku bisnis. Eksploitasi tersebut, dalam konteks etika bisnis, merupakan tindakan mumpungisme (carpedium) yang merusak stabilitas harga. Mereka memburu rente sebesar-besarnya karena kondisinya memberi kemungkinan, tanpa 'perlawanan' yang berarti dari para konsumen.

kedua, pemerintah seharusnya menertibkan secara proaktif. Atas nama stabilitas harga, aparat bisa melakukan tindakan hukum terhadap para eksploitator yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan itu.. Kini, yang perlu kita analisis lebih jauh adalah dampak kontigion dari mumpungisme adalah sama-sama meningkatkan harga yang hiperbolik. Titik temu kenaikan harga, sekalipun beda faktornya, harusnya juga diambil sikap atau tindakan yang sama. Dengan demikian, alat desaknya bukan semata-mata kritik yang bersifat etis.

Berkaca pada sejarah
Dalam kaitan stabilisasi harga, kiranya tidaklah berlebihan jika pemerintah perlu 'melirik' literature mengenai persoalan serupa yang pernah dikembangakan Khulafa Al Rasyidin. Pada zaman pemerintahan Islami ini, berdiri sebuah lembaga yang bernama hisbah. Lembaga ini punya peran untuk mengontrol sekaligus mengatur 'irama' harga yang tidak merugikan konsumen, tapi juga tetap melindungi kepentingan para pelaku bisnis. Instrumen tersebut dijalankan dengan mengawasi kondisi permintaan dan penawaran. Jika terjadi ketidakseimbangan, terutama kekurangan pasokan, para petugas lembaga hisbah segera mengambil tindakan: meningkatkan pasokan yang seimbang dengan tingkat permintaan.


Dalam perspektif Indonesia, lembaga hisbah seperti itu layak diadopsi oleh sejumlah instansi pemerintah seperti Departemen Perdagangan dan Bulog. Yang perlu diambil di sini terutama spirit etika dalam mengayomi dinamika bisnis yang ada dan kepentingan konsumen (publik). Kedua instansi ini harus terpanggil bagaimana memberikan manfaat kepada masyarakat yang terlindungi hak-haknya dari gejolak harga yang tidak normal. Karenanya, kedua instansi ini jangan menciptakan regulasi yang menstimulasi pergerakan harga. Dan Surat Kepmendag No 1111/2007, harus kita catat, akan mendorong destabilitas harga, terutama pangan (beras). Itulah konsekuensi sebuah kepmen yang memberi kebebasan penuh pada Bulog dalam hal importasi beras yang disertai pembebasan pula pendaratannya ke daerah manapun di Tanah Air ini, termasuk daerah-daerah sentra produksi gabah.


Sumber:

http://www.id.finroll.com/component/content/article/18/5730-administrator.html


Masalah Pokok dalam Etika Bisnis (Review Article)

NOVASI, PERUBAHAN DAN LAPANGAN KERJA
Aspek bisnis yang paling menimbulkan pertanyaan menyangkut etika adalah inovasi dan perubahan. Sering terjadi tekanan untuk berubah membuat perusahaan atau masyarakat tidak mempunyai pilihan lain. Perusahaan harus menanam modal pada mesin dan pabrik baru yang biasanya menimbulkan masalah karena ketidakcocokan antara keahlian tenaga kerja yang dimiliki dan yang dibutuhkan oleh teknologi baru. Sedangkan perusahaan yang mencoba menolak perubahan teknologi biasanya menghadapi ancaman yang cukup besar sehingga memperkuat alasan perlunya melakukan perubahan. Keuntungan ekonomis dari inovasi dan perubahan biasanya digunakan sebagai pembenaran yang utama..
Tantangan sosial yang paling mendasar berasal dari masyarakat yang berdiri di luar proses. Dampak teknologi baru bukan mustahil tak dapat diprediksi. Kewaspadaan dan keterbukaan yang berkesinambungan merupakan tindakan yang penting dalam usaha perusahaan memenuhi kewajibannya.

Dampak inovasi dan perubahan terhadap tenaga kerja menimbulkan banyak masalah dibanding aspek pembangunan lainnya. Termasuk di dalamnya adalah mendukung, melatih, dan mengadakan sumber daya untuk menjamin orang-orang yang belum bekerja memiliki keahlian dan dapat bersaing untuk menghadapi dan mempercepat perubahan.
PASAR DAN PEMASARAN
Monopoli adalah contoh yang paling ekstrem dari distorsi dalam pasar. Ada banyak alasan untuk melakukan konsentrasi industri, misal, meningkatkan kemampuan berkompetisi, memudahkan permodalan, hingga semboyan “yang terkuat adalah yang menang”. Penyalahgunaan kekuatan pasar melalui monopoli merupakan perhatian klasik terhadap bagaimana pasar dan pemasaran dilaksanakan. Kecenderungan untuk berkonsentrasi dan kekuatan nyata dari perusahaan raksasa harus dilihat secara hati-hati.
Banyak kritik diajukan pada aspek pemasaran, misal, penyalahgunaan kekuatan pembeli, promosi barang yang berbahaya, menyatakan nilai yang masih diragukan, atau penyalahgunaan spesifik lain, seperti iklan yang berdampak buruk bagi anak-anak. Diperlukan kelompok penekan untuk mengkritik tingkah laku perusahaan. Negara pun dapat menentukan persyaratan dan standar.
PENGURUS DAN GAJI DIREKSI
Unsur kepengurusan adalah bagian penting dari agenda kebijaksanaan perusahaan. Perusahaan wajib melaksanakan pengurusan manajemen dengan tekun atas semua harta yang dipertanggungjawabkan pada pemberi tugas. Tugas terutama berada pada pundak direksi yang diharapkan bertindak loyal, dapat dipercaya, serta ahli dalam menjalankan tugasnya. Mereka tidak boleh menyalahgunakan posisinya. Mereka bertanggung jawab pada perusahaan juga undang-undang. Dalam hal ini auditing memegang peranan penting dalam mempertahankan stabilitas antara kebutuhan manajer untuk menjalankan tugasnya dan hak pemegang saham untuk mengetahui apa yang sedang dikerjakan para manajer. Perdebatan mengenai gaji direksi terjadi karena adanya ketidakadilan dalam proses penentuannya, ruang gerak yang dimungkinkan bagi direksi, kurang jelasnya hubungan antara kinerja organisasi dan penggajian, paket-paket tambahan tersembunyi dan kelemahan dalam pengawasan. Tampaknya gaji para direksi meningkat, sementara tingkat pertumbuhan pendapatan rata-rata cenderung menurun, dan nilai saham berfluktuasi. Hal ini menimbulkan kritik dan kesadaran untuk menyoroti kenaikan gaji para eksekutif senior. Informasi dan pembatasan eksternal merupakan unsur penting dalam upaya menyelesaikan penyalahgunaan yang terjadi.

TANTANGAN MULTINASIONAL

Banyak pertanyaan mendasar bagi perusahaan multinasional, seperti kemungkinan masuknya nilai moral budaya ke budaya masyarakat lain, atau kemungkinan perusahaan mengkesploitasi lubang-lubang perundang-undangan dalam sebuah negara demi kepentingan mereka. Dalam prakteknya, perusahaan internasional mempengaruhi perkembangan ekonomi sosial masyarakat suatu negara.

Sumber: http://indosdm.com/masalah-pokok-dalam-etika-bisnis

Neoliberalisme Dan Etika Bisnis Dalam Persaingan Usaha (Review Article)

Wujud neoliberalisme secara lebih jelas dapat diketahui melalui ciri-cirinya:

- Kekayaan terpusat pada sekelompok orang ataupun sindikat bisnis raksasa.

- Mati dan lumpuhnya fungsi negara dalam layanan publik.

- Privatisasi atas semua sektor layanan publik (pendidikan dan kesehatan).

- Semua kekuatan kritis menghamba pada rezim pasar (media, intelektual, dan gerakan sosial).


Melalui ciri-ciri tersebut diketahui bahwa sifat dasar dari sistem neoliberalis adalah diskriminatif.

Hal ini disebabkan keberpihakannya kepada kalangan pemilik modal saja. Bahkan lebih dari itu,

kegiatan ekonomi yang dijalankan hanya semata-mata untuk meraih materi, terlepas dari

nilai-nilai transendental, yang menjadi pemicu terabaikannya nilai-nilai etika dalam berbisnis.

Untuk itulah kiranya, dalam aktivitas ekonomi saat ini sudah saatnya untuk memasukkan

nilai-nilai etika. Nilai-nilai etika bisnis inilah yang membuat aktivitas ekonomi dapat berhasil

dengan baik.

Pentingnya Etika Bisnis Dunia Bisnis

Etika Bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek

yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri, dan juga masyarakat.


Beberapa hal yang mendasari perlunya etika bisnis kegiatan bisnis:

- Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis juga

mempertaruhkan nama, harga diri, bahkan nasib manusia yang terlibat di dalamnya.

- bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat.

- bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan pedoman bagi

pihak-pihak yang melakukannya.

Bisnis adalah kegiatan yang mengutamakan rasa saling percaya. Dengan saling percaya,

Kegiatan bisnis akan berkembang baik.

Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi.


Sebagai bentuk baru dari paham ekonomi pasar liberal, neoliberalisme ikut memicu lahirnya

permusuhan antara pengusaha dan pekerja atau antara majikan dan buruh. Menciptakan

ketidakdamaian antara pemilik modal dan pekerjanya, yang ditandai dengan penindasan

terhadap kaum buruh dengan upah buruh yang masih jauh dari kebutuhan hidup sehari-hari.

Sebab, yang diterima pekerja di Indonesia baru merupakan upah minimum regional (UMR). Dalam pasar bebas, para pengusaha tidak lagi saling peduli satu sama lain, dan berlomba

mempertahankan kepentingannya. Sehingga, keberadaan etika bisnis menjadi tidak penting

lagi dan tujuannya untuk memberikan kenyamanan bagi para stakeholder-nya tidak lagi dapat

dicapai. Yang kaya akan semakin kaya, dan yang miskin akan semakin tertindas, karena persaingan usaha menjadi tidak seimbang.

Padahal telah terbukti, bagaimana ketahanan para pelaku-pelaku UKM dalam menghadapi

krisis ekonomi global. Sementara sekelompok kecil pemodal besar, yang mendapat banyak

kemudahan fasilitas dari pemerintah justru terpuruk oleh krisis global. Terlihat bahwa

pemerintah melalui regulasinya lebih berpihak pada pemilik modal demi mengejar persentase

pertumbuhan yang tinggi. Kesemuanya ini mengindikasikan telah terabaikannya etika bisnis

sebagai acuan bagi para pelaku bisnis dalam melakukan kegiatan usaha.


Secara umum, dampak yang ditimbulkan dari neoliberalisme adalah:

- Semua layanan publik menjadi mahal (tingginya ongkos kesehatan dan pendidikan).

- Membesarnya kekayaan berbagai sektor usaha global.

- Kesenjangan yang makin melebar (kaya-miskin), di mana pekerja tidak mendapat

perlindungan dari negara.

- Konflik meluas bukan hanya pada kaya-miskin, melainkan antarkelompok miskin.

- Munculnya gagasan Corporate Sosial Responsibility (CSR).


Adapun perlawanan yang dapat dilakukan terhadap isu neoliberalisme, antara lain:

  1. Melakukan pendidikan kritis dan kampanye tentang ekonomi pasar dan peta kekuatan modal,

  2. Mendorong lahirnya organisasi sosial yang berbasis sosial plural,

  3. Menuntut kembalinyafungsi negara sebagai penyedia layanan publik yang murah sekaligus bermutu,

(IV) Membuat media pencerahan sebagai lawan dari wacana dominan neoliberal,

(V) Mendorong aksi-aksi massa yang memanfaatkan sentimen keadilan dan ekonomi rakyat,

(VI) Memanfaatkan kekuatan sosial untuk mendorong tuntutan progresif, dan

(VII) Menciptakan basis logistik yangmandiri.




Sumber: http://74.125.153.132/search?q=cache:YkTpaGCexxEJ:ahmadheryawan.com/opini-media/ekonomi-bisnis/5134-neoliberalisme-dan-etika-bisnis-dalam-persaingan-usaha.pdf+etika+bisnis+dalam+persaingan&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id